Woensdag 15 Oktober 2014

Progresivitas Teknologi Informasi Dan SIM : BRIsat, Peluang Financial Inclusion dan Cerita Tentang Nasionalisme

Progresivitas Teknologi Informasi Dan SIM : BRIsat, Peluang Financial Inclusion dan Cerita Tentang Nasionalisme
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama dengan Space System/Loral, LCC dari Amerika Serikat dan Arianespace dari Prancis. Kerjasama tersebut dilakukan dalam rangka peluncuran satelit BRI.  Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengatakan, peluncuran satelit tersebut dilakukan untuk memperkuat jaringan BRI. Selain itu, adanya anjuran dari presiden RI tentang pentingnya penerapan financial inclusion.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yakin program satelit Brisat akan memperkuat kemampuan BRI dalam mengembangkan bisnis dan meningkatkan financial inclusion di Indonesia. Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengatakan pengembangan jaringan perbankan di Indonesia memiliki karakter yang khusus dibandingkan dengan negara besar lain. Dia mengklaim kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan menyulitikan pembangunan jaringan informasi perbankan berbasis kabel seperti di China atau India.  Hal tersebut menjadikan sambungan satelit sebagai sistem yang paling efisien untuk meningkatkan jaringan bisnis perbankan ke seluruh penjuru Tanah Air.
"Kebutuhan jaringan telekomunikasi berbasis satelit akan terus meningkat, terlebih bagi BRI yang jaringan kerjanya tersebar di seluruh indonesia," kata Sofyan, Senin (28/4/2014). Jumlah jaringan BRI, sampai Desember 2013, telah memiliki lebih dari 9.800 jaringan kerja kantor di seluruh Indonesia. Jaringan kerja tersebut disediakan oleh 9 provider jasa komunikasi, termasuk penyewaan penggunaan 23 transponder satelit komunikasi. Sofyan menambahkan Brisat yang akan diluncurkan BRI pada 1 September 2015 tidak hanya bermanfaat bagi pengembangan bisnis BRI. Sebagian dari 45 slot transponder di satelit tersebut rencananya dialokasikan untuk kepentingan pemerintah Indonesia seperti pertahanan, pendataan penduduk, dan pertanian.
"Peluncuran satelit juga agar menjangkau lapisan masyarakat, di samping itu sesuai dengan jaringan bisnis perseroan, keberadaan satelit akan menguntungkan bisnis perseroan," katanya di Gedung BRI Jakarta, Senin (28/4/2014). Peluncuran satelit ini, juga untuk mempersiapkan infrastruktur perbankan MEA, pemanfaatan slot orbit, meningkatkan intermediasi, menjaga kualitas, dan lainnya. "BRI melakukan langkah konkret dengan meluncurkan satelit, ini juga untuk manfaat penting untuk pemerintah," tambahnya. Dalam pelaksanaannya, BRI akan bersinergi dengan pemerintah dalam mengoptimalkan penggunaan satelit demi kesejahteraan masyarakat. Sebagai informasi, satelit tersebut bernama BRIsat yang memiliki berat 3.500 kg dengan jumlah transponder 45. Adapun coverage menjangkau Indonesia, ASEAN, Asia Timur, sebagian Pasifik, Australia Barat.
BRI menyiapkan US$250 juta untuk meluncurkan dan mengelola Brisat yang akan ditempatkan di slot orbit 150,5 derajat bujur timur. Perusahaan Amerika Serikat, Space Systems/Loral LLC (SSL) dipercaya untuk memproduksi Brisat, sedangkan peluncuran satelit akan dilakukan oleh perusahaan Perancis, Arianespace. Sofyan mengatakan dari alokasi dana sebesar USS250 juta untuk pengadaan satelit masih tersisa sekitar US$20 juta. Satelit tersebut memiliki transponder sebanyak 54 ekuivalen. Penggunaan empat transponder lainnya akan diserahkan kepada negara. BRI saat ini masih membahas asuransi satelit tersebut. Namun BRI menegaskan premi asuransi cukup rendah karena perusahaan yang mereka gandeng memiliki rekam jejak peluncuran satelit yang cukup baik. BRIsat rencananya akan diorbitkan di 150,5° derajat bujur timur oleh peluncur Ariane 5 pada kuartal II/2016 dari Guiana Space Center, Europe’s Spaceport di Kourou, French Guiana. Satelit ini memiliki usia desain lebih dari 15 tahun. Berat satelit ini mencapai 3.500 kg.
BRIsat akan menyediakan sarana komunikasi untuk 9.800 kantor BRI dan lebih dari 100.000 gerai channel. Meski sudah memiliki satelit sendiri BRI tetap akan menyewa transponder lain sebagai cadangan. Sofyan juga menegaskan pihaknya membuka peluang kerja sama dengan perusahaan lain karena hanya sekitar 30 transponder yang akan dipakai BRI. Proses desain final dan pembuatan satelit BRIsat akan dilakukan di pabrik SSL yang terletak di Palo Alto California, Amerika Serikat. Pembuatan satelit ini diperkirakan memakan waktu 26 bulan sejak tanggai efektif kontrak. Satelit ini akan menjangkau wilayah layanan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara, Asia Timur, sebagian Pasifik dan Australia bagian barat. BRIsat akan memiliki 36 x 36 MHz transponder C-band dan 9 x 72 MHz Ku-band.
BRI mengklaim akan menghemat dana hingga Rp200 miliar per tahun jika memiliki satelit sendiri. Selama ini BRI mengeluarkan dana hingga Rp500 miliar per tahun untuk biaya komunikasi. “Yang pasti efisiensi luar biasa, belum lagi pertumbuhan penabung baru,” ujar Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Sofyan Basir seusai penandatanganan kontrak program satelit BRI, Senin (28/4). Dia menambahkan jumlah transaksi e-hannel BRI saat ini mencapai 16 juta kali. Dalam 5 menit rata-rata terjadi 60.000    transaksi. Dia optimistis dengan kepemilikan satelit ini bisnis e-channel BRI akan tumbuh minimal 15%. Kemarin BRI resmi menandatangani perjanjian kerja sama program satelit BRIsat dengan Space System/Loral (SSL) asai Amerika Serikat dan Arianespace dari Prancis sebagai pemenang pengadaan satelit. Acara tersebut juga dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, dan Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan peluncuran BRIsat merupakan bagian dari sejarah karena BRI adalah bank pertama di dunia yang memiliki satelit. “Intinya BRI harus menjadi bank paling depan untuk mewujudkan financial inclusion untuk menyalurkan kredit usaha rakyat agar usaha mikro kecil menengah berkembang dan menjangkau kalangan masyarakat sampai di pelosok Tanah Air,” ujarnya. Kemudian mengutip pernyataan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, Lokasi BRIsat adalah orbit terbaik. Di orbit ini mestinya hanya bisa diisi 360 satelit, karena mereka harus dideretkan di tiap derajat dari 360 derajat keliling bumi. Orbit ini jadi rebutan semua negara. Saking banyaknya negara yang mengincarnya sampai-sampai kompromi harus dilakukan. Di lokasi yang mestinya diisi 360 satelit itu kini sudah diisi lebih dari 900 satelit! Alangkah padatnya. Alangkah berjejalnya. Betapa penuhnya orbit itu. Satelit dari seluruh dunia. Itulah sebabnya apa yang dilakukan BRI ini sungguh heroik! Terlambat sedikit lokasi itu bisa jatuh ke negara lain.
Dengan langkah ini pula BRI bisa menarik pulang ahli-ahli satelit kita yang selama ini bekerja di luar negeri. Anak-anak bangsa itu dulunya disekolahkan Pak Habibie ke luar negeri. Lalu tidak pulang karena kondisi ekonomi kita yang terpuruk. Salah satu di antara mereka adalah Dr Ir Meiditomo Sutyarjoko, MSEE. Dia benar-benar ahli satelit yang dipercaya oleh dunia maju. Suatu hari, dua tahun lalu, Meiditomo liburan ke Jakarta. Dia memperkenalkan diri kepada saya. Meiditomo mengatakan suatu saat nanti Indonesia harus bisa meluncurkan satelitnya sendiri. Dia merasa mampu.
Meiditomo (adik kandung ahli nuklir kita Yudiutomo Imarjoko, Dirut PT Batantek) juga sudah melakukan studi di pantai mana di Indonesia ini yang terbaik untuk tempat peluncuran satelit. Lokasi itu, kata Meiditomo "terbaik di dunia". Dia lantas menyebutkan nama lokasi yang ternyata sudah pernah saya kunjungi. "Lurus langsung menuju orbit," katanya. Kita punya lokasi peluncuran satelit yang posisinya terbaik di dunia! Kini ada satu tim ahli satelit bangsa sendiri yang pulang ke Indonesia. Mereka menjadi pegawai Bank BRI. BRIsat memang akan dikelola BRI sendiri. Bukan dikelola, misalnya, anak perusahaan. "Kami ingin satelit ini tidak pernah dijual," kata Sofyan Basyir. "Kalau dimiliki anak perusahaan bisa-bisa nanti ujung-ujungnya dijual," tambahnya.

REFERENSI :
-          bisnis.com

-          detikfinance.com (dahlan iskan:2014)

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking