Woensdag 15 Oktober 2014

Mahasiswa dalam Napak Tilas sejarah : Quo Vadis Agent Of Change hari ini ?

Mahasiswa dalam Napak Tilas sejarah : Quo Vadis Agent Of Change hari ini ?
….mahasiswa Indonesia berperan ibaratnya seorang resi (guru agama yang ahli bela diri—pen) atau seorang sheriff yang turun ke kota menyelamatkan rakyatnya ketika bandit-bandit datang dan mengancam keselamatan kota. Setelah bandit-bandit tersebut tewas atau melarikan diri, maka resi atau sheriff pergi meninggalkan kota tersebut dan kembali ke tempat tinggalnya.(Soe Hok Gie: Catatan Harian Seorang Demonstran. 1967:…..)
Sejarah telah membuktikan, mahasiswa memiliki peranan yang sangat penting dalam perjalanan perubahan sosial politik bangsa ini. Berawal dari kebangkitan nasional tahun 1908, sumpah pemuda tahun 1928, proklamasi kemerdekaan tahun 1945, penumbangan rezim orde lama tahun 1966 serta penumbangan rezim orde baru tahun 1998 menampakkan bahwa pemuda khususnya mahasiswa senantiasa menjadi motor dan pengawal perubahan pada era tersebut.
Peta sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia memang selalu menarik untuk disimak, pasalnya, sejarah gerakan mahasiswa selalu diikuti dengan sejarah perubahan konstelasi politik di tanah air. Dalam makna praktis, gerakan mahasiswa selalu memberi pengaruh pada situasi politik nasional, selain itu munculnya gerakan mahasiswa sering diidentikkan sebagai gerakan yang menempatkan kekuatan moral sebagai garda depan (avant garde) pendobrak status quo. Misalnya pada saat berdirinya Budi Utomo tahun 1908, semangat sumpah pemuda tahun 1928, tuntutan proklamasi kemerdekaan tahun 1945, suksesi kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru oleh angkatan “66, dan terakhir gerakan reformasi tahun 1998. Semuanya menjadi bukti tentang peran mahasiswa sebagai agen perubahan di masyarakat (agent social of change).
Phillip G. Altbatch (1988) seorang pemerhati gerakan mahasiswa di dunia, menekankan dua fungsi gerakan mahasiswa sebagai proses perubahan, yaitu menumbuhkan perubahan sosial dan mendorong perubahan politik. Menurut Albatch, pada umumnya gerakan politik mahasiswa pecah apabila ketidakpuasan mahasiswa terjalin dengan keresahan masyarakat.
Samuel Huntington pernah mengatakan bahwa mahasiswa adalah “the universal opposition” terhadap negara. Dalam proses perubahan yang terus-menerus, sejarah gerakan mahasiswa adalah kumpulan heroisme dan gejolak idealisme yang diwarnai kisah-kisah keberanianan dan pengorbanan. Sebagai kumpulan orang-orang muda, mereka secara baik menampilkan kritisme, progresivitas, juga egoisme yang dibutuhkan oleh masyarakat dan bangsa yang sedang sakit. Bagaimana definisi oposisi permanen yang dimaksud ?
Pertama, memantau semua kebijakan pemerintah. Semua kebijakan pemerintah yang berdasarkan kajian merugikan masyarakat serta mengandung aspek kebatilan, akan digugat.
Kedua, meskipun menggugat kebijakan pemerintah, tidak ada pretensi untuk menduduki sebuah jabatan politik tertentu karena gerakan mahasiswa anti kemapanan. Ciri utama dari gerakan mahasiswa adalah pada dinamika geraknya. Ketika seseorang telah menduduki jabatan politik tertentu, dia bukan lagi aktivis mahasiswa.
Ketiga, permanen artinya terus-menerus melakukan kaderisasi serta penguatan internal organisasi agar seterusnya generasi-generasi barunya di gerakan mahasiswa terus berkiprah sebagai pengawas, pengontrol serta perubah kebijakan pemerintah demi perbaikan sistem dan tatanan kehidupan bangsa.
Realita hari ini memang sungguh menggulirkan ironisme yang miris mahasiswa yang dikenal sebagai agent of change yang sangat menentang bentuk militerism e, otoritarianisme, berbagai bentuk premanisme kekuasaan justru tidak sejalan dengan konsepsi yang mereka pegang, cara-cara pengartikulasian aspirasi telah keluar jauh dari koridor moral yang mereka pegang sebagai cendekia kawah candradimuka. Suatu progress yang minus, jika kita berkaca pada sejarah bangsa ini yang selalu menempatkan pergerakan mahasiswa sebagai actor utama sejarah perubahan social politik negeri ini dengan semangat radikal dan anti kompromis mereka mendorong perubahan status quo.
Semuanya itu kini hanya seolah cerita manis masa lalu yang tidak menjadi rentetan bagian sejarah yang sama, terindikasi sebagai dua kutub yang diametrical. Seolah gerakan mahasiswa hanya menjadi pemicu turbulensi social dan bersifat euphoria sesaat yang entah datang dari mana dan entah hendak menuju kemana. Apakah
Pada akhirnya kita semua berharap bahwa di masa depan gerakan mahasiswa dalam tujuan apapun di masyarakat dapat berlangsung secara damai, tertib, egaliter, dan terkonsep matang. Sehingga tak ada lagi cara kekerasan didalam proses mencapai masyarakat madani (civil society) demi Indonesia yang lebih baik. Gelombang suara pembebasan dan pembaharuan harus terlepas dari api amarah membabi buta, pertumpahan darah antar sesama anak bangsa tidak perlu lagi terjadi, semangat cinta kasih atas dasar kemanusiaan harus kita galakkan dan kita eratkan bersama. Kalau perubahan bisa dilakukan dengan damai dan dialog, mengapa harus memilih cara-cara penuh konflik dan intrik?.

                                                         Hari ini aku ingat kembali                                   
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran

Aku mengenali mereka
yang tanpa tentara
mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi

Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?

Soe Hok Gie
Sinar Harapan
18 Agustus 1973
(Tercecer, dan baru diterbitkan kemudian)


Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking